Sejarah Terjadinya Perang Khaibar


Artikel kali ini membahas tentang Kisah Terjadinya Perang Khaibar lengkap, Khaibar adalah daerah yang ditempati oleh kaum Yahudi setelah diusir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Madinah tatkala mereka melanggar perjanian damai.

Di sana mereka menyusun makar untuk melampiaskan dendamnya terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Islam, dan kaum muslimin.

Sebab Sebab Terjadinya Perang Khaibar

Awalnya, orang-orang yahudi Khaibar tidak memperlihatkan permusuhan terhadap kaum Muslimin, sampai pemuka Bani Nadhir bergabung dengan mereka setelah terusir dari Madinah.
Setelah itu, babak baru hubungan antara mereka dengan kaum Muslimin dimulai. Diantara pemuka Bani Nadhir yang menonjol yang bergabung dengan yahudi di Khaibar adalah Sallâm bin Abi al-Huqaiq, Kinânah bin Abi al-Huqaiq dan Huyai bin Akhtâb.
Mereka bergabung di Khaibar dengan membawa kebencian terhadap kaum Muslimim. Oleh karena itu di saat ada kesempatan untuk menyerang kaum Muslimin, mereka tidak menyia-nyiakannya.
Lebih dari itu, mereka bukan hanya menunggu kesempatan bahkan mereka aktif memprovokasi kaum Quraisy untuk menyerang kaum Muslimin dan suku-suku sekitar Mekah.
Perang Ahzab atau Perang Khandaq merupakan buah dari provokasi mereka. Dalam kondisi genting, saat kaum Muslimin berhadapan dengan pasukan sekutu kala itu, lagi-lagi mereka berhasil membujuk Bani Quraizhah untuk mengingkari perjanjian damai dengan Rasûlullâh.
Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sangsi berat ke Bani Quraizhah setelah pasukan sekutu memutuskan kembali.
Perdamaian Hudaibiyyah, perjanjian gencatan senjata antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy yang terjadi setelah perang Quraizhah, menjadi kesempatan bagi kaum Muslimin untuk membereskan bibit (dendam bani Khaibar) yang bisa mengganggu stabilitas kaum Muslimin di masa yang akan datang.
Allâh Azza wa Jalla telah menjanjikan harta rampasan yang banyak, jika kaum Muslimin menyerang dan bisa mengalahkan kaum yahudi Khaibar[1]

Simak Video Khazanah Trans 7 (Khaibar) 28-06-2014

Sejarah Terjadinya Perang Khaibar

Para Ulama sejarah berpendapat tentang kapan peperangan ini berkecamuk.
  • Ibnu Ishaq[1] menyebutkan bahwa peperangan ini terjadi pada bulan Muharram tahun ke-7 Hijriyah.
  • al-Wâqidi[3] menyatakan pada bulan Safar atau Rabi’ul Awwal pada tahun ke-7 Hijriyah sekembalinya kaum Muslimin dari perjanjian Hudaibiyyah.
  • Ibnu Sa’ad[4] berpendapat bahwa peperangan ini berkecamuk pada bulan Jumadil ‘Ula tahun ke-7.
  • Imam az-Zuhri dan Imam Mâlik mengatakan bahwa itu terjadi pada bulan Muharram pada tahun ke-6 Hijriyah[5] .
Jika diperhatikan, perbedaan Ibnu Ishâq dan al-Wâqidi selisihnya tidak jauh, hanya dua bulan. , demikian juga perbedaan mereka berdua dengan Imam az-Zuhri dan Mâlik, yang disebabkan perbedaan mereka dalam menentukan permulaan tahun hijriyah. Ibnu Hajar[6] rahimahullah telah merajihkan perkataan Ibnu Ishaq atas perkataan al-Wâqidi.
Pasukan kaum Muslimin berjalan menuju Khaibar dengan semangat keimanan membaja meski mereka tahu kekokohan benteng bani Khaibar, ketangguhan pasukan mereka serta kelengkapan peralatan perang mereka.
Kaum Muslimin terus bertakbir, bertahlil dengan suara keras, sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan mereka dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنّكُمْ تَدْعُوْنَ سَمِيْعاً قَرِيْباً وَهُوَ مَعَكُمْ
Sesungguhnya kalian berdo’a kepada Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan sesungguhnya Dia selalu bersama kalian Saat berangkat, kaum Muslimin menempuh jalan yang terletak antara Khaibar dan Ghatfan untuk mencegah bani Ghatafan agar tidak membantu kaum yahudi Khaibar karena saat itu mereka masih memusuhi kaum Muslimin.

Jalannya Perang Khaibar

Kaum Muslimin sudah memasuki dan berada di wilayah Khaibar sebelum terbit fajar. Setelah menunaikan shalat Shubuh di daerah itu, penyerangan dilakukan sebelum matahari terbit.
Kejadian di pagi buta itu tentu sangat mengejutkan penduduk Khaibar yang baru memulai aktifitas mereka.
Mereka berlarian seraya berkata, “Muhammad dan prajuritnya.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda :
اللهُ أَكْبَرُ، خَرَبَتْ خَيْبَرُ، إِنَّا إِذّا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذِرِيْنَ
Allâh Akbar, Khaibar akan runtuh. Sungguh jika kami turun di medan untuk melawan suatu kaum maka buruklah pagi hari orang-orang yang kami peringati[7]
Orang-orang Yahudi berlarian dan berlindung di balik benteng-benteng mereka, kemudian kaum Muslimin mengepung mereka.
Bani Ghatfan berusaha menolong bani Khaibar, sekutu mereka. Namun setiap kali mereka bergerak, mereka khawatir kaum Muslimin berbalik arah menyerang mereka sehingga harta dan keluarga mereka terancam.
Akhirnya mereka mengurungkan niat untuk membantu[8] . Sementara itu, kaum Muslimin mulai berhasil menaklukkan benteng-benteng Yahudi Khaibar.
Benteng pertama yang jatuh ke tangan kaum Muslimin adalah benteng Nâ’im dan as-Sha’b di daerah Nathat kemudian benteng Abi Nizar di daerah as-Syiq. Kedua daerah ini bagian sebelah timur laut Khaibar.
Kemudian benteng al-Qamûsh yang sangat kokoh di daerah al-Kutaibah. Benteng ini dihuni oleh putra Abul Huqaiq. Setelah itu, kaum Muslimin mampu menguasai dua benteng lagi di al-Wathih dan Sulâlim.

Sumber : AL-HASANIYYAH